Thursday, May 10, 2007

Sesuap Nasi dan Sebutir Peluru

"Sajak untuk Busairi (Bondowoso) dan Mereka (dimana pun) yang terluka dan mati karena lapar dan menjarah panganan"


Yang Mulia, hamba lapar
Seperti juga tetangga hamba mengalaminya
Yang Mulia, isteri hamba belum lagi memasak
Begitu pun dapur-dapur tetangga hamba tidak mengepulkan asap
Yang Mulia, anak-anak hamba menangis belum makan
Sehari-hari karib di telinga hamba rintihan mereka

Berbondong berarak lapar
Hanya sesuap nasi untuk rongga perut hamba sesanak-seperuntungan
Yang belum lagi terisi

Hanya sesuap nasi, Yang Mulia
Bukan sebutir peluru
Bukan pula sebilah sangkur

Sesuap nasi, Yang Mulia
Bukankah tidak lebih berharga daripada
Darah yang meleleh dari lobang di dada ini
Sebutir peluru menembusnya kemarin di sebuah gudang beras

Yang Mulia, hamba terbebas dari lapar
Peluru telah membebaskan hamba dari lapar
Yang Mulia, kabarkan pada isteri hamba harum nasi tanak di periuknya
Sudah lama ia tidak menghirupnya
Yang Mulia, ajarkan anak hamba nyenyak tidur tanpa rintih lapar
Kemarin ia bermimpi tentang semangkuk nasi dan senyanyi dendang


Palu, 14 September 1998

No comments: