Aku ingin melagukan
nyanyian cinta dari kedalaman jiwa terluka
untuk kanak-kanak yang terganggu nyenyak tidurnya
untuk kanak-kanak yang terganggu manis senyumnya
untuk kanak-kanak yang terganggu ceria permainannya
untuk kanak-kanak yang terganggu khusuk belajarnya
untuk kanak-kanak yang terganggu oleh lapar di perutnya
Nyanyian cintaku dari kedalaman jiwa terluka
bukan tentang syair nyiur yang melambai-lambai
bukan tentang lirik angin yang membuai-buai
bukan tentang irama gemericik air yang menyejuki
bukan tentang merdu dendang ibu yang menghangati
bukan tentang denting cangkul bapak yang menapaki
Nyanyian cintaku dari kedalaman jiwa terluka
adalah ruh kebangkitan fajar pagi
merasuki ayam-ayam jantan, berkokok nyaring
keras dan tegas
melompat dengan kepak sayap-sayap merdeka
meruncing taji-taji berani
menentang matahari, mengibas pekat malam
paruh tajam menghisap pusaran angin
melentingkan suara-suara menggema:
……… bangunlah, bangkitlah…
……… bangunlah, bangkitlah…
……… bangunlah, bangkitlah…
Ayam-ayam jantan, satu per satu
berpuluh-puluh…
beratus-ratus…
beribu-ribu…
berjuta-juta…
berbanjar-banjar, tegak merentang sajap
Kanak-kanak,
rebutlah pagi, kuasai matahari!
Ruh fajar pagi,
Ruh nyanyian cintaku dari kedalaman jiwa terluka
Melenting
Berontak
Menyusup
Menyetubuhi terang tanah, memancar birahi
Merasuki tegak-tegak jasad anak-anak bumi
……… bangunlah, bangkitlah…
……… bangunlah, bangkitlah…
……… bangunlah, bangkitlah…
Denting-denting cangkul bersimbah keringat
sapaan tanah-tanah digusur, jawaban lahan-lahan tidur
hijau rimbun-rimbun sawah-ladang
kuning masai bulir-bulir padi berisi
bergaris bentang pematang-pematang
Kanak-kanak,
tegakkan nyali, jaga bunda bumi!
Nyanyian cintaku dari kedalaman jiwa terluka
bersetubuh dengan ruh-nya api
berkobar nyala,
berteriak geram:
“Omong kosong dengan politik
… yang hanya tahu memilah membagi kursi,
… yang hanya tahu berhitung jiwa per jiwa tanpa peduli,
… yang hanya tahu membuta mengoyak-koyak negeri,
… yang hanya tahu menyekat-sekat kepentingan golongan sendiri
Omong kosong dengan politik yang bertampang babi!”
“Lihat, dengar dan pahamkan dengan politik
… tentang kanak-kanak yang tersungkur di pingiran-pinggiran jalan
… tentang kanak-kanak yang merintih kelaparan
… tentang kanak-kanak yang menggigil kedinginan
… tentang kanak-kanak yang kesepian hari depan
Bacalah dan Tindaki!”
Nyanyian cintaku dari kedalaman jiwa terluka
bersetubuh dengan ruh bengal kanak-kanak
mencaci dan memaki:
“Tailaso, mereka
Cukimai, mereka
… yang mengaku anak-anak negeri dan meneladani
cara merajam tanah ini, menggagahi bunda pertiwi
tanpa hati, tanpa nurani.
Palu, 2 Oktober 1998
Thursday, May 10, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment