Friday, May 25, 2007

Aku Bercukur Gundul

Rambut di kepala pun telah tebas sampai pangkalnya. Aku bercukur gundul. Tanpa sisa sedikit ruang sembunyi para kutu, jamur ketombe dan kudis, apalagi kesempatan mereka untuk menyelenggarakan rapat umum dan bermahkamah. Tidak juga bagi benih-benih koreng berkembang luput dari pengawasan.
Wahai, tiup-tiup angin merambat usap tiap ruas pangkal rambut. Segar. Tingkas keringat tanpa sempat membangun iklim lembab. Permukaan bidang kepala tidak lagi memedia tetas sisa telur-telur kutu atau menjadi lahan subur kembang biak jamur dan ketombe.
Selamat tinggal garukan tajam ujung-ujung kuku kegelisahan. Gatal sengatan gerah ternyata cukup diusap telapak kemesraan dan cubitan hangat ujung jemari matahari. Kepala ku membuka sempat untuk berbenah diri.
Rambut mengombak setengah ikal yang pernah mengurai panjang, sempat aku menggelungnya. Tiga tahun lalu aku tanggalkan. Sisanya telah tebas saat menjelang tengah hari tanggal lima di bulan kedua pada tahun kedua, awal abad ini.
Selamat tinggal jungkat. Selamat tinggal keharusan bersisir, sampai tepat pada waktunya nanti.
Helai demi helai rambut yang mulai rontok oleh umur dan keasaman, tidak lagi mengotori lantai, kasur dan bantal. Gatal-gatal dan kekusutan tidak lagi menyerimpung segar angin dan hangat matahari yang lama dirindukan ujung-ujung syaraf di seluruh bidang kepala.
Wahai otak, ini kan tambahan energi yang engkau dapat melahap dan mencernanya tanpa prosedur birokrasi. Sungguh, ini efisiensi.
Botak di kepala ini menyempatkan setiap mata menyelidik sampai kulit kepala dan pangkal rambut semata. Toch, bayang-bayang rambut yang mulai tumbuh masih juga meragukan. Sungguh kah muka kepala itu selugas mulus yang ditampakkan.
Sekedar gundul ternyata tidak cukup untuk menyebut keterbukaan. Tikamlah sampai kedalamannya dan bukalah bersukarela, sampai ditahu jelas bagaimana rupa dalam kepala ini. Sampai dirasa benar tiap denyut pada keseluruhan bidang menyakinkan hidupnya getaran syaraf dan menandakan: sesungguhnya seluruh isi kepala ini memang bekerja semestinya.
Mari bongkar otak kepala. Berdaya ingat kah ia atas situs-situs memori yang dimiliki. Berdaya kritis kah ia dengan getar energi pikirannya. Berciptakah ia dengan daya kreasinya.
Tajam membelah, mendobrak batas-batas ruang imanensi.
Transendensi!
Emansipasi!
Gundul di kepala ini, aku tengah menikmatinya……


Kediri – Ponorogo, 5-9 Pebruari 2002

No comments: