(Untuk Zulkifli “Uun” Pagessa dan Nenek Tosale)
Lama aku menunggu lenting-lenting irama rajutanmu
dari tiap bilah gamba-gamba
Tarikan perasaan indahku
seperti kau pun menarikan rasa indah orang-orang di jaman mudamu
Sehingga, seorang banci keramat sampai mengadu
nada-nada rancag gamba-gambamu dengan
debur ombak yang bersekutu angin dan matahari.
Engkau tidak menundukkan ataupun ditundukkan
Sebab alam tidak untuk ditaklukkan,
begitu selalu petuah tua mu
Kalian memang tidak bertikai, namun
membangun konserta:
nyanyian bilah gamba-gamba,
debur ombak berirama gimba,
desah angin bernada lalove
Panas matahari menjelma kegairahan tari pohon-pohon nyiur dan
kerumunan bakau
Burung-burung pantai berkepak, ikan-ikan berkecipak
Sepanjang garis tepi pantai Donggala.
Gamba-gamba juga kakula,
tidak lagi nenek mainkan sejak enampuluh tahun lebih lalu
Perlaminan mempelaimu menelikung tanganmu dari
merdu bunyi irama yang sampaipun kini,
belum lagi akrab dalam keseharian ruh dan jiwaku
Irama yang keluar dari tikaman lembut ayun tanganmu,
Aku mencarinya, Nenek menyimpannya
Nek. Mari tumpahkan dendam lamamu
Tikamkan pada kerinduanku
Aku menerimanya,
kawan-kawanku siap menyambutnya.
(Mereka semalam datang bersamaku mengantarkan gamba-gamba ini)
Palu, 1998 – Yogya, 1999 – Kediri. 2000
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment