Sunday, October 11, 2009

"Kepada Geliat Ibu Bumiku"

(Langit kelam, bumi bergoncang, hati merintih, pilu, ada apa dg bumiku?)

Tidak ada sesuatu aneh dengan bumi kita. Gempa tektonik dan aktivitas vulkanik adalah hal yang biasa. Kita, sebagai manusia, saja yang suka berlebihan menempatkan diri sebagai yang paling utama dan paling berkepentingan atas alam raya ini. Sehingga "hal biasa" tersebut menjadi sangat luar biasa.


Sedahsyat apapun, gempa bumi di negeri ini ya kita terima dan pahami bahwa bumi... alam raya... hidup dan terus bergerak. Itu juga atas kuasa Illahi Robbil’alamin. Iitu semua saya terima sebagaimana adanya dan tidak menghubungkan itu dengan yang namanya azab atau apapun...
Perkara yang mesti kita pikir dan kritisi bersama, bahwa kita dan para ahli sudah tahu kalau negeri ini berada di pertemuan landas benua. Semua sudah mahfum kalau negeri kepulauan nan indah ini berada di jajaran dan pertemuan antara lingkar vulkano pasifik dan jalur vulkano mediterania.


Ya... inilah anugerah.


Namun juga dibalik anugerah ada "hal lain" yang dapat diantisipasi. Bukan bikin gempa tidak jadi gempa atau erupsi vulkanik tidak menjadi erupsi. Terpenting, bagaimana seluruh jajaran, aparat dan sistem penyelenggaraan negara dan pemerintahan kita dalam kesiapan dan kesiagaan terus-menerus menghadapi datangnya "sang waktu" dan gerak alam semesta raya ini. Bagaimana seluruh anak bangsa dan anak negeri ini dalam kesiapan bersama mengantisipasi dan menjawab tantangan alam ini.


Sungguhkan tidak pernah terpikirkan oleh kita, sewaktu menyemprotkan racun nyamuk agar memperoleh kenyaman bercengkerama dan tidur dari dengingan dan gigitan nyamun. Pada saat itu, bangsa dan masyarakat nyamuk juga mengalami kegegapgempitaan. "Awas! Ada bencana! Ribuan nyamuk terbunuh oleh bencana badai angin beracun!“ Sedang kjtalah yang telah menebar kegemparan dengan semprot racun nyamuk itu.


Dalam keyakinanku, Tuhan Yang Maha Esa selalu Menyeru Sekalian Alam... Menjalankan dan menggulirkan terus berlakunya kaidah dan hukum-hukum dialektik kesemestaan alam yang Illahiah.


Jadinya? KITA TIDAK PERLU GELISAH, SEBAB YA BEGINILAH BUMI KITA TERCINTA INI.


Semoga sesama saudara kita yang terkena akibat gempa dalam kekuatan dan ketabahan. Keadaan terbaik yang penuh rahmat dan berkah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, selalu kita harap dan dambakan bagi kesejahteraan seluruh umat manusia dan alam raya rumah hidup bersama seluruh umat dan makhlukNya.


Salam wa Salam,

Watugunung,
(Jakarta, 4 Oktober 2009 sekitar pkl 16.30-16.50)


1 comment:

Ayik said...

Masalahnya kita selalu terkaget-kaget dengan reaksi apa yang telah kita perbuat. Pun, kita sudah memprediksi mau terjadi hal ini, masih saja tak luput kita kaget/frustasi dengan apa yang kemudian dialami....