Saturday, January 30, 2010

Antara Cicak, Lalat, dan Gerimis Senja Jakarta

Seekor cicak mengendap rayap
Tangkas menyergap
Seekor lalat tenang hinggap di lantai balik pintu kamar
Menikmati aroma busuk bekas-bekas telapak kaki
Sisa-sisa jejak jalanan kota Jakarta
Hap!
Kena!
Lalat tertangkap lahap
Cicak diam memuas diri
Melega nikmat
Berbalik ia merayap lari
Merambat tembok pergi sembunyi

Cicak menyergap lalat
Menangkap lahap di sore Jakarta yang ditimpa hujan gerimis
Gerah tidak juga terusir

Cicak menyergap lalat
Menangkap lahap cukup satu saja
Tanpa rakus menyambung hidup

Tanpa lebih
Tidak berlebih
Sesuai janji
Pada hidup
Pada alam
Pada daur hayati

Seekor cicak yang lain
Mengendap merayap
Menghampiri diamku
Kutoleh ia dan terbirit lari
Sembunyi di sela keropos dinding tembok dan papan kamar
Ah,
Kasihan si cicak itu
Terlalu besar badan diamku untuk di lahap dalam sergapnya
Ah,
Dia tertipu haru
Ternyata bukan lalat diendapinya, namun
Aku yang tengah menikmati sore Jakarta
Aku yang asyik mengecapi gerimis Jakarta


Watugunung,
(Cililin-Kebra-Jaksel, 30 Januari 2010)


No comments: