Agenda Aksi: Membangun Format Pendidikan Rakyat Merdeka
Mengacu pada pokok-pokok kesepakatan dalam pertemuan Semarang (12 Desember 2004), menuju rencana penyelenggaraan Jambore Kebudayaan yang bertemakan “Merebut Kembali Kedaulatan Rakyat” mendesak melakukan pemahaman kembali substansi kedaulatan rakyat dan penyebarluasan jiwa merdeka. Sebagai bagian dari jalan menuju jambore dipandang mendesak untuk dilakukan upaya “mencari format pendidikan rakyat merdeka.” Pencarian format demikian tidak dilakukan secara instan, namun akan ditempuh proses dialogis melalui serangkaian proses sharing, diskusi dan lokakarya. Harapannya, pada saat jambore kebudayaan diselenggarakan, Perguruan Rakyat Merdeka telah memiliki tawaran konseptual yang tentu saja akan dan harus dikritisi bersama agar memperoleh ketajaman konseptual dan operasional.
Pencarian format pendidikan ini bukanlah proses yang sentralistik yang akan berimplikasi pada penyeragaman. PRM menabukan cara-cara demikian. Ini merupakan proses pengkayaan yang demokratik, otonom, merdeka dan berkedaulatan. Ini proses untuk membangun puspa-ragam, bunga-rampai atau kembang-setaman kemerdekaan dan keberdaulatan yang demokratik dan berperikemanusiaan. Keberagaman metode, pendekatan, strategi dan teknis operasional adalah pengkayaan bagi perluasan dataran perjuangan gerakan rakyat merdeka sebagai gerakan keberdaulatan dalam kebidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Lingkaran-lingkaran diskusi dan kajian dapat dikembangkan oleh setiap individu sebagai simpul gerakan dengan melibatkan mereka yang secara eksplisit telah bergabung dalam embrio gerakan Perguruan Rakyat Merdeka maupun mereka yang baru mendengar tapi belum bergabung maupun siapa saja mereka yang belum tahu sama sekali tentang PRM tetapi memiliki potensi dan komitmen bagi proses pemerdekaan dan penguatan keberdaulatan rakyat. Lingkaran-lingkaran kajian pada ujungnya harus ada kesediaan dan kesempatan untuk duduk bersama dan membangun momentum untuk sharing, dialog, mencapai kesepahaman dan menyusun rumusan format pendidikan rakyat merdeka.
Secara materiil agenda aksi untuk membangun format pendidikan rakyat merdeka menawarkan beberapa tema bahasan pokok, yakni:
- Pembahasan tentang konteks pemahaman dan pemaknaan “merdeka” dalam konteks kejiwaan, sosial dan budaya. Ini penting untuk menghindarkan salah pemahaman dan pemelintiran makna kata “merdeka” sebagai “bebas” atau malah “liar.” Pemelintiran atau reduksi makna ini acapkali berkait dengan kepentingan “pengendalian” dan “pemandulan” gerakan kemerdekaan dan keberdaulatan rakyat oleh kelompok status-quo sebagai pemegang hegemoni dan kemapanan.
- Kajian reflektif kesejarahan dan budaya merdeka. Ini pengelaman kesejarahan dan interaksi kultural komunitas-komunitas rakyat yang membangun otoritas kemerdekaan dan kedaulatannya, situasi represif dari dalam dan luar yang mengancam dan merendahkan harkat dan martabat kemerdekaan, serta bagaimana upaya-upaya perjuangan yang dilakukan sebagai proses panjang untuk merebut kembali kemerdekaan dan kedaulannya.
- Penelusuran dan kajian terhadap konsep dan praksis pendidikan merdeka atau yang secara substansi mengusung nilai-nilai kemerdekaan baik dalam struktur formal, non formal maupun informal yang berkembang pada masa pergerakan sampai reformasi.
- Sharing dan dialog dengan pelaku-pelaku pendidikan rakyat (yang merdeka) pada yang masih hidup dan berjalan pada era sekarang ini.
- Perumusan asas, dasar, prinsip, nilai, upaya pengembangan, penyebarluasan dan penguatan konsep dan praksis pendidikan r yang melibatkan seluruh komponen pelaku gerakan pendidikan rakyat merdeka.
Tuntutan Tanggung Jawab dan Sikapan Bersama
Menilik persoalan yang dihadapi rakyat berkait dengan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, tidak teringkari bahwa peran dan posisi rakyat termarginalkan. Hegemoni kepentingan-kepentingan pragmatik-materialistik dari pemegang kekuasaan politik negara dan kapital, mendesak budaya hidup rakyat pada tingkat ketergantungan yang massive. Berbagai media yang dapat dioptimalkan sebagai sarana dan prasarana pendidikan dalam praktek hidup sehari-hari, baik formal, non-formal dan informal dimobilisasikan sepenuh-penuhnya untuk membangun sikap budaya konsumtif dan instan. Akibatnya, hakekat kemanusiaan rakyat disungkurkan pada tingkat dasar sampai menyerahkan seluruh daya hidupnya menjadi skrup dan komponen produksi sekaligus pemakan remah-remah pasar kapitalime. Berbagai upaya perubahan hampir menghadapi situasi buntu dan stagnasi, sebab kepercayaan akan kapasitas diri yang otonom sangat kurang dimiliki. Otoritas kemanusiaan yang merdeka dan berdaulat dihancurkan. Berbagai pandangan, aspirasi, inisiatif dan kepentingan yang semestinya dapat dirumuskan dan disuarakan sendiri oleh rakyat, diambil-alih dan direduksi oleh pandangan-pandang elit yang menyatakan klaim atas nama rakyat.
Situasi terurai tersebut tentu menuntut sikapan dan tanggung jawab bersama. Perkaranya, bagaimana membangunkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara ini dari kondisi pingsan yang berkepanjang, serta merebut kembali kemerdekaan dan keberdaulatannya dari ranah pegadaian? Pengorganisasian segenap potensi pembangkit kemerdekaan dan keberdaulatan dan melakukan praksis bersama. Banyak pekerjaan telah dilakukan oleh berbagai kawan dan komponen bangsa ini, tetapi itu masih serpihan-serpihan. Mendesak menautkannya sebagai sebuah potensi kerja gerakan kebudayaan. Gerakan pendidikan Perguruan Rakyat Merdeka.
Disampaikan untuk Perguruan Rakyat Merdeka sebagai awalan dan bahan diskusi:
“Mencari Format Pendidikan Rakyat Merdeka”
Kediri-Jogja, Des ’04 – Jan ‘05
RP/WG
2 comments:
Mas, kok ada iklan yang nutupi di blog Njenengan. Jadi gak bisa baca artikelnya...
gak tahu ya ayik.... aku gak pasang iklan dan kalau aku buka ya.... aman2 saja... terbuka bebas untuk dibaca..... gak tahu kalau ada yang nyasar2....
salam....
Post a Comment