Kegembiraan itu usahlah dilepas semena-mena
Jagakan selalu menyangga sepi
Sampai sedihpun jengah menghampiri
Ramaikan sunyi dengan canda ceria
Tenggelamkan sedih tanpa abai menyimpan catatan
Ingatkan selalu ia agar tidak berulang-ulang
Sisihkan sayat hindarkan radang
Tiada yang perlu dilalai
Ingatan bukanlah siksa
memincing selalu mata, batin dan pikiran
Rentang tangan menyambut iring sapa
Semua kita keluarga
Bergandeng rentang sesaudara
Hidupkan salam:
“Kedaulatan selama hayat dikandung badan”
Kebayoran Baru-Jakarta, 16 02 09
Saturday, February 28, 2009
Friday, February 27, 2009
“Kurang dari Sebenggol Sehari” (Diukur Cukup dengan Sesuap Nasi)
Tulallingtong….
Kereta segera diberangkatkan menuju Jakarta
Wajah-wajah berparas gerah-lelah
Masih sedikit bincang dengan gelak-tawa
Bertikai tangis gelisah bayi dan anak-anak
Ayo, ketiak siapa yang mampu kalahkan
Bau anyir, basi, busuk dan bangernya Jakarta
Kereta berjejal panas
Dangdut, pop dan asal menyanyi
Lagu dulu dan paling kini
Kotbah pengemis,
Serpih-serpih ter imakasih dan caci maki
Jual barang makanan pabrikan dan hasil petani
Apasaja nanti,
Di Jakarta akan kami jual badan, tenaga dan harga diri
Ketengan atau borongan, harganya terserah para pembeli
Hidup kami hanya diukur dengan sesuap nasi
Rangkasbitung-Jakarta, 27-28 januari 2009
Kereta segera diberangkatkan menuju Jakarta
Wajah-wajah berparas gerah-lelah
Masih sedikit bincang dengan gelak-tawa
Bertikai tangis gelisah bayi dan anak-anak
Ayo, ketiak siapa yang mampu kalahkan
Bau anyir, basi, busuk dan bangernya Jakarta
Kereta berjejal panas
Dangdut, pop dan asal menyanyi
Lagu dulu dan paling kini
Kotbah pengemis,
Serpih-serpih ter imakasih dan caci maki
Jual barang makanan pabrikan dan hasil petani
Apasaja nanti,
Di Jakarta akan kami jual badan, tenaga dan harga diri
Ketengan atau borongan, harganya terserah para pembeli
Hidup kami hanya diukur dengan sesuap nasi
Rangkasbitung-Jakarta, 27-28 januari 2009
“Dirga Jumawa”
Jakarta rakus,
Menelan semuanya
Tertingal cuma
Serpihan, ampas dan sisa-sisa
Akan kutelan Jakarta
Beserta segala
Serpihan, ampas dan sisa-sisanya
Kereta Ekonomi Rangkasbitung-Jakarta,
27 Januari 2009
Menelan semuanya
Tertingal cuma
Serpihan, ampas dan sisa-sisa
Akan kutelan Jakarta
Beserta segala
Serpihan, ampas dan sisa-sisanya
Kereta Ekonomi Rangkasbitung-Jakarta,
27 Januari 2009
“Membuta Unjuk, Memaki Tuli”
Rangkasbitung-Jakarta di siang jejal kereta
Gerah keringat dan panas nafas kita bersatu
Rakyat bergerak merayap ke Ibukota
Berebut menyusu di belanga tuba
Pemimpin pemimpi mendengkur dalam samadi birahi
Haus dibasuh
Segar meneguk caci-maki
Kereta Ekonomi Rangkasbitung-Jakarta,
27 Januari 2009
Gerah keringat dan panas nafas kita bersatu
Rakyat bergerak merayap ke Ibukota
Berebut menyusu di belanga tuba
Pemimpin pemimpi mendengkur dalam samadi birahi
Haus dibasuh
Segar meneguk caci-maki
Kereta Ekonomi Rangkasbitung-Jakarta,
27 Januari 2009
“Menuju Rangkasbitung Memaki Jejak Jakarta”
Sedikit bergerak ke barat,
Jakarta itu comberan
Terus ke barat,
Tepiannya semakin kekurusan
Bung, jangan bilang kemajuan
Bung, jangan cuap-cuap soal kesejahteraan
Bung, jangan bicara perkembangan
Saudara-saudara serakyatku setiap hari
Lapar terengah
Bung, jangan selalu begitu dengan otak dan
Lagak laku bincangmu
Kalau terus itu-itu, ntar bung jadi bangsat
Sungguh, bangsat!
Jakarta-Rangkasbitung-Jakarta,
26-27 Januari 2009
Jakarta itu comberan
Terus ke barat,
Tepiannya semakin kekurusan
Bung, jangan bilang kemajuan
Bung, jangan cuap-cuap soal kesejahteraan
Bung, jangan bicara perkembangan
Saudara-saudara serakyatku setiap hari
Lapar terengah
Bung, jangan selalu begitu dengan otak dan
Lagak laku bincangmu
Kalau terus itu-itu, ntar bung jadi bangsat
Sungguh, bangsat!
Jakarta-Rangkasbitung-Jakarta,
26-27 Januari 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)